Mendengar nama Singapura, kota berpenduduk 5 juta jiwa dengan luas sekitar 720 km persegi, yang terbayang adalah suasana Ibu Kota layaknya Jakarta. Luas wilayah Singapura dan Jakarta pun hampir sama. Namun, kondisi kedua kota besar ini sungguh berbeda.
Di Singapura, trotoarnya bebas dari para pedagang makanan kaki lima sehingga para pejalan kaki melenggang nyaman. Para penyeberang berjalan tertib di trotoar yang disediakan, menyeberang melalui zebra cross yang tersedia. Meski lampu lalu lintas bertanda merah cukup lama, mereka sabar menunggu nyala lampu hijau.
Para pengendara mobil pun langsung berhenti dan mempersilakan para penyeberang jika lampu pengatur lalu lintas berwarna merah. Selain itu, angkutan perkotaan seperti transjakarta juga berjalan tertib pada lajur yang telah disediakan dan berhenti di setiap pemberhentian yang sudah ditentukan.
Saat Tim Redaksi Sonora ke Singapura, Kamis (21/8/2014), sepanjang kunjungan ke berbagai lokasi seperti Orchard Road, Jl Serangon di Kawasan Pusat Belanja Mustopa dan berbagai pusat kota tidak terlihat adanya polisi berjaga-jaga di setiap sudut kawasan ataupun traffic light seperti halnya di Jakarta.
Hari Rusli (55), seorang pemandu wisata menuturkan, polisi memang tidak ada di jalan-jalan. Namun, setiap gerak-gerik warga dan pengendara di jalan raya dan setiap lokasi diawasi oleh kamera.
Untuk mengantisipasi kemungkinan ancaman ledakan jumlah kendaraan yang berbuntut kemacetan arus lalu lintas, Pemerintah Singapura memberlakukan aturan yang ketat bagi calon pemilik kendaraan.
Bagi seseorang yang ingin memiliki mobil, dia harus mendapatkan surat izin memiliki kendaraan dengan harga yang sangat mahal, belum termasuk membeli mobil tersebut.
Rusli menambahkan, kondisi Singapura saat ini yang begitu tertib, teratur dan aman tidak lepas dari nilai nilai yang diletakkan oleh Bapak Pendiri Singapura Lee Kuan Yew.
"Leadership, komitmen, aturan tegas, sumber daya manusia dan faham akan situasi masa depan Singapura membuat negara ini menjadi kota metropolitan dunia. Padahal, Singapura tidak memiliki sumber daya alam yang cukup," ujar Rusli.
source : kompas
edit : iyuza
Patung Marlion singapura | google |
para pejalan kaki yang ingin menyebrang di singapura | google |
Saat Tim Redaksi Sonora ke Singapura, Kamis (21/8/2014), sepanjang kunjungan ke berbagai lokasi seperti Orchard Road, Jl Serangon di Kawasan Pusat Belanja Mustopa dan berbagai pusat kota tidak terlihat adanya polisi berjaga-jaga di setiap sudut kawasan ataupun traffic light seperti halnya di Jakarta.
Hari Rusli (55), seorang pemandu wisata menuturkan, polisi memang tidak ada di jalan-jalan. Namun, setiap gerak-gerik warga dan pengendara di jalan raya dan setiap lokasi diawasi oleh kamera.
Terdapat cctv disetiap sudut jalan kota singapura | google |
"Terdapat ratusan kamera CCTV yang terpasang di setiap sudut kota, yang memungkinkan setiap pelanggaran baik lalu lintas atau pelanggaran peraturan pemerintah Singapura akan terpantau," kata pria keturunan Bone, Sulawesi Selatan, itu.
Untuk mengantisipasi kemungkinan ancaman ledakan jumlah kendaraan yang berbuntut kemacetan arus lalu lintas, Pemerintah Singapura memberlakukan aturan yang ketat bagi calon pemilik kendaraan.
Bagi seseorang yang ingin memiliki mobil, dia harus mendapatkan surat izin memiliki kendaraan dengan harga yang sangat mahal, belum termasuk membeli mobil tersebut.
Rusli menambahkan, kondisi Singapura saat ini yang begitu tertib, teratur dan aman tidak lepas dari nilai nilai yang diletakkan oleh Bapak Pendiri Singapura Lee Kuan Yew.
"Leadership, komitmen, aturan tegas, sumber daya manusia dan faham akan situasi masa depan Singapura membuat negara ini menjadi kota metropolitan dunia. Padahal, Singapura tidak memiliki sumber daya alam yang cukup," ujar Rusli.
source : kompas
edit : iyuza