EXPOSTASE: Letusan Gunung di Indonesia Bantu Perlambatan Pemanasan Global Letusan Gunung di Indonesia Bantu Perlambatan Pemanasan Global | EXPOSTASE

Letusan Gunung di Indonesia Bantu Perlambatan Pemanasan Global

Letusan gunung berapi, di satu sisi, jadi bencana bagi wilayah yang terdampak. Debu vulkanik, lahar dingin dan lahar panas mengancam kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar. 


Namun, studi baru dari Lawrence Livermore National Laboratory, menunjukkan letusan gunung berapi juga memiliki sisi lain. Erupsinya melambatkan pemanasan global di seluruh dunia. 

Studi mencatat sejak 2000, setidaknya terjadi 17 letusan gunung berapi di dunia, termasuk Letusan Gunung Kasatochi, Alaska dan Gunung Merapi di  Indonesia.

Studi itu menemukan letusan itu telah mempengaruhi suhu permukaan Bumi dan di bawah atmosfer. Suhu menjadi lebih dingin, sekaligus tidak membuat bumi makin panas sesuai prediksi pemanasan global.

Sebelumnya, para peneliti mengamati peningkatan gas rumah kaca dalam pemanasan global. Tapi selama 15 tahun belakangan ini, suhu permukaan Bumi menunjukkan relatif sedikit mengalami pemanasan, fenomena ini disebut kekosongan.

Benjamin Santer, pemimpin studi dan peneliti Lawrence Livermore National Laboratory megatakan, kekosongan itu memberikan gambaran yang sangat menarik.

"Bahkan tanpa kalkulasi model komputer, sangat jelas bahwa aktivitas vulkanik telah berdampak pada suhu dan memantulkan sinar matahari di atmosfer," ujar Santer.

Peneliti menunjukkan letusan vulkanik besar menyebarkan gas sulfur dioksida ke stratosfer. Gas itu kemudian membentuk tetesan asam sulfat kecil yang dikenal sebagai 'areosol vulkanik'. Fungsinya, memblokir sinar mahatari.
Kondisi itu berdampak pada pendinginan sebagian besar wilayah yang luput dari perhatian peneliti. 

Untuk pemanasan suhu akhir-akhir ini, peneliti meyakini itu disebabkan gas rumah kaca yang diserap lautan.

Peneliti menekankan letusan gunung berapi bukan faktor tunggal pelambatan pemanasan global. Penyebab lainnya yaitu siklus matahari terhenti dan peningkatan emisi sulfur dioksida China, yang memiliki dampak pendinginan suhu. 

"Tantangan ilmiah berikutnya yaitu mengetahui tingkat kesalahan dari faktor-faktor ini," ujar Santer. Studi ini sudah dipublikasikan pada  Nature Geoscience.

edit/source : iyuza/vivanews/www
YUSUF

Hai, saya adalah seorang Digital Marketing dan Content Writer dan sangat menyukai dunia otomotif dan travel. Salam kenal :)

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama