Erupsi Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur, untuk sementara mereda. Namun, itu bukan berarti bahaya sudah selesai dan kita boleh berleha-leha.
Banjir lahar dingin dengan daya rusak tinggi harus diwaspadai. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Muhammad Hendrasto menyebutkan banjir lahar dingin sewaktu-waktu bisa memorak-porandakan kawasan di sekitar gunung berketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut tersebut.
Lahar bisa menjadi ancaman serius karena erupsi Kelud memproduksi material dengan volume luar biasa besar. Material itu akan meluncur cepat jika turun hujan lebat.
Ancaman tak kalah serius juga muncul dari abu vulkanis Kelud yang menyembur hingga sekitar 800 kilometer ke arah barat. Sejumlah kota yang dihampiri debu vulkanis Kelud juga tidak boleh mengendurkan kewaspadaan.
Pemantauan yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup pascaletusan menunjukkan kualitas udara di kota-kota yang disambangi abu Kelud sangat tidak sehat.
Partikel abu vulkanis yang menyebar hingga ke kabupaten dan kota-kota sekitarnya seperti Surabaya, Kediri, Pare, Malang, Blitar, hingga Surakarta dan YogÂyakarta membuat udara tercemar.
Berdasarkan pemantauan melalui Stasiun Pemantau Udara KLH di Kota Surabaya pascameletusnya Kelud, misalnya, kondisi kualitas udara tercatat pada particulate matter (PM) 10 konsentrasi 230 ug/m3 yang mengindikasikan kuat kualitas udara tidak sehat.
PM-10 standar termasuk partikel dengan diameter 10 mikrometer atau kurang. Karena ukuran mikronnya tersebut, bila abu terhirup, partikel tersebut dapat menjangkau area terdalam pernapasan manusia.
Kita mengapresiasi langkah cepat dan sigap yang ditunjukkan pihak-pihak otoritas kebencanaan dalam menangani erupsi Kelud.
Dengan langkah sigap dan cepat tersebut, korban jiwa bisa diminimalkan. Hingga saat ini, sebanyak empat orang meninggal dunia, itu pun bukan disebabkan dampak erupsi secara langsung.
Kita berduka sedalam-dalamnya atas korban jiwa tersebut. Namun, berkat kerja sama yang baik dari masyarakat pula, korban jiwa bisa dibilang sangat minim untuk ukuran bencana yang dahsyat.
Namun, mengingat bahaya lanjutan dari Kelud masih mengancam, kita mengingatkan berbagai kalangan agar terus meningkatkan kewaspadaan. Jadikanlah penanganan yang sigap dan cepat seperti saat pra hingga terjadinya erupsi sebagai standar untuk mengatasi bencana.
Penanganan atas segala kemungkinan tidak boleh dikendurkan sedikit pun. Perintah pengosongan di zona bahaya di radius 10 kilometer juga jangan terburu-buru ditarik karena lahar dingin masih mengancam.
Perintah untuk mengenakan masker bagi masyarakat yang ada di wilayah terpapar abu vulkanis Kelud juga mesti tetap digemakan.
Pada saat yang sama, pemegang otoritas di bidang kesehatan dan lingkungan juga tidak boleh berpandangan sempit bahwa bencana semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan badan penanggulangan bencana.
Erupsi Gunung Kelud di Kediri memang mulai berhenti, tapi bencana belum sepenuhnya berlalu.
edit/source : iyuza/MI